Inilah Sejarah dari Kerajaan Gowa Tallo Hingga Masa Kejayaan

150 views 10:39 pm 0 Comments November 21, 2024
Inilah Sejarah dari Kerajaan Gowa Tallo Hingga Masa Kejayaan

Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan Islam di Sulawesi Selatan yang didirikan pada abad ke-14 Masehi. Kisah Kerajaan Gowa-Tallo bermula dari sembilan kelompok masyarakat yang memutuskan untuk menggabungkan pemerintahannya.

Sewang dalam Islamisasi kesultanan Gowa pada abad 16 hingga 17: Pada abad 16 hingga 17 terjadi konflik di wilayah Gowa-Tallo yang berujung pada perpecahan, namun kemudian dapat bersatu kembali.

Mengenal Sejarah Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Gowa Tallo dimulai pada saat masa pra Islam hingga masa Islam dan mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin.

Awalnya Gowa-Tallo bukanlah kerajaan yang menganut agama Islam. Namun awalnya disebut dengan Kerajaan Gowa yang dikenal pada masa Gowa-Tallo pra Islam.

Sejak abad ke-16 M, terdapat beberapa kesultanan merdeka di wilayah Sulawesi Selatan, yaitu Bone, Wajo, Sopeng, Sindenreng, Gowa, dan Tallo. Selanjutnya, kerajaan-kerajaan tersebut membentuk aliansi berdasarkan diplomasi konsensus.

Perundingan ini diprakarsai oleh Tumapa’risi’ Kallona, ​​raja ke-9 kesultanan Gowa. Penyatuan yang paling terkenal sepanjang sejarah adalah penyatuan Kerajaan Gowa dan Tallo.

Dalam perkembangannya, Kerajaan Gowa Tallo terpecah menjadi dua kekuasaan ketika terjadi perang saudara antara kedua putra Tonatangka Lopi (1420-1445 M). Putranya, Batara Gowa dan Karaeng Loe Ri Sero, saling bertarung untuk mengambil alih kedudukan Raja Gowa.

Berdasarkan catatan William P. Cummings dalam “Islam, Empire and Makassarese Historiography in the Reign of Sultan Alauddin (1593-1639)” yang dimuat dalam Journal of Southeast Asian Studies (2007), terungkap bahwa Batara Gowa pada masa ini waktu Sukses adalah memenangkan konflik.

Meski kalah, Karaeng Lo akhirnya mendirikan kerajaannya sendiri bernama Tallo. Perselisihan tersebut mereda hingga akhirnya menjadi satu kesatuan kembali dengan nama Kerajaan Gowa-Tallo.

Perjalanan Gowa-Tallo menuju kesultanan dimulai pada akhir abad ke-16. Pemimpin yang sebelumnya hanya disebut raja, diberi gelar Sultan setelah periode ini.

Nama raja Islam pertama adalah Sultan Alauddin I yang memerintah pada tahun 1593 hingga 1639 M. Namun masa kejayaannya baru terasa pada saat Sultan Hasanuddin bertahta sebagai raja ketiga, yakni pada tahun 1653 hingga 1669 M.

Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Gowa-Tallo mencapai masa kejayaannya di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin yang dijuluki “Ayam Jantan dari Timur”. Pada masa kejayaannya, wilayah tersebut semakin berkembang menjadi negara maritim sekaligus pusat perdagangan.

Selain itu, Sultan Hasanuddin mampu memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam melalui studi studi Islam di Banten. Belum cukup, Sultan Hasanuddin pun menolak kedatangan VOC.

Melihat kemajuan Gowa-Tallo, Belanda yang saat itu dikenal dengan VOC rupanya tertarik untuk merebut kekuasaan dari kerajaan Islam di sebelah timur ini. Diceritakan Mariana, akhirnya terjadi bentrokan antara Belanda dengan Sultan Hasanuddin dan pasukannya. Perseteruan ini berujung pada peperangan di sekitar Sulawesi Selatan.

Akhir dari pertempuran Kerajaan Gowa Tallo tersebut, bagaimanapun, dilambangkan pada tahun 1667, ketika Perjanjian Bongaya selesai. Menurut Agus Supangat dalam Sejarah Maritim Indonesia (2006), kesepakatan yang dicapai tersebut membuahkan beberapa keputusan berdampak buruk bagi Sultan Hasanuddin dan rakyatnya.

Isi perjanjian tersebut antara lain VOC memaksa Gowa-Tallo menerima hak monopoli perdagangan di Timur, seluruh Bharata harus meninggalkan wilayah (kecuali Belanda), dan wajib membayar denda perang yang ditimbulkan selama ini.

Perlawanan Sultan Hasanuddin kembali muncul pada tahun-tahun berikutnya, namun tidak membuahkan hasil terbaik, sehingga VOC terus mendominasi wilayah Makassar. Konon, awal runtuhnya Gowa-Tallo disebabkan oleh perjanjian ini, khususnya setelah Sultan Hasanuddin wafat sebagai pemimpin pada 12 Juni 1670.

Kehidupan Sosial Ekonomi Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan Gowa Tallo merupakan wilayah maritim yang pelayaran dan perdagangannya sangat berkembang. Namun secara ekonomi, wilayah ini paling maju di bawah kepemimpinan Raja Gowa Tallo, Sultan Hasanuddin.

Saat ini Makassar merupakan kerajaan maritim terbesar dan pusat perdagangan di wilayah timur nusantara. Keberhasilan saat ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya tentunya letak wilayah yang strategis.

Selain itu, menurunnya peran Jawa pada saat itu juga mempengaruhi keberhasilan perdagangan dan pelayaran. Selain itu, Malaka yang jatuh ke tangan Portugis diuntungkan dengan pelayaran dan perdagangan maritim.

Hebatnya lagi, pemerintah untuk wilayah ini mampu mengatur dan melayani para pedagang dari berbagai negara. Pada masa itu kegiatan perdagangan berjalan tertib dan adil, sehingga tidak terjadi perselisihan dan masyarakat relatif sejahtera dan sejahtera.

Islam merupakan poros utama Kerajaan Gowa Tallo, sehingga kesehariannya berpedoman pada ajaran Islam. Selain itu, ajaran sufi juga berkembang karena Syekh Yusuf al-Makasari berkunjung saat itu.

Selain itu, suku Bugis juga dikenal sebagai pelaut yang handal. Tentu saja tradisi budaya ini mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat.

Raja-raja Gowa menerapkan prinsip Mare Liberum yang berarti laut bebas. Oleh karena itu, para nelayan dan pelaut akan membangun jaringan pelayaran serta perdagangan ke pulau-pulau lain.

Meski sering dikaitkan dengan masyarakat pulau lain, namun masyarakat untuk wilayah ini tetap memegang teguh norma adat mereka. Faktanya, adat istiadatnya cukup ketat serta warisan budaya Kerajaan Gowa Tallo yang masih dipertahankan hingga saat ini.